Hasil Produksi Pinang di Tanjabtim Menurun

 

Muarasabak, Beberapa komoditi unggulan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) cenderung mengalami penurunan produksi. Hal ini disebabkan oleh kemarau panjang yang terjadi lebih kurang Dua setengah bulan ini. Selain menimbulkan bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), juga berdampak pada kondisi tanaman perkebunan petani.

Budiman (52), salah seorang petani pinang di Kecamatan Muara Sabak Timur menuturkan, musim kemarau seperti saat ini berdampak terhadap perkebunan warga, sehingga mengalami kemerosotan hasil produksi yang cukup tinggi. “Yang sangat terasa itu pada komoditi buah pinang. Kalau istilah petani sekarang namanya trek (krisis buah),” tuturnya.

Seperti permasalahan ditahun tahun sebelumnya, ketika kondisi buah sedang terpuruk atau tidak produktif, justru harga jual dipasaran mengalami penurunan drastis. “Kalau sekarang pinang kering itu bisa dibanderol Rp 16.500 perkilo, sedangkan kondisi basah Rp 13.000. jauh berbeda pada hari biasanya yang hanya diangka Rp 11 ribuan,” jelasnya.

Tidak berbeda dengan beberapa komoditi lainnya, seperti kelapa dalam dan sawit. Mengingat khusus di wilayah Muara Sabak Timur, Tiga komoditi tersebut menjadi unggulan petani.

Kurangnya produksi buah perkebunan juga diakui oleh Suritno, yang juga petani pinang di Kecamatan Muara Sabak Barat. Dia menyebutkan, bahwa kemarau menyebabkan parit dangkal dan buntu, sehingga pinang sulit untuk berbuah, karena kekurangan air.

“Bukan saya saja, ini terjadi kepada seluruh petani pinang. Petani disini banyak yang mengeluh produksi buah turun, tapi harga jual tinggi,” sebutnya.

Terpisah, Dinas Perkebunan dan Peternakan Tanjabtim, Gunarto mengakui akan terjadi fenomena harga di pasaran tersebut. “Memang tidak dipungkiri dari hasil monitoring yang kita lakukan dibeberapa wilayah Tanjabtim beberapa waktu lalu, kendala yang dihadapi petani saat ini karena buah trek akibat dari minimnya pasokan air,” katanya.

Selain Tiga komoditas unggulan yang saat ini mengalami trek akibat musim kemarau, beberapa komoditi lain juga terpantau mengalami hal serupa, diantaranya untuk tanaman Kopi dan Coklat. “Kondisi trek seperti saat ini terbilang merata, baik untuk jenis tanaman pinang hingga tanaman kopi dan coklat. Karena memang tanaman-tanaman tadi sangat bergantung pada air,” ujarnya.

Ditambahkannya, keadaan tersebut penyebab utamanya karena minimnya sumber air yang diperoleh bagi tanaman tersebut, sehingga pertumbuhan dan produksi tidak maksimal. “Karena air tidak hanya digunakan sebagai kelangsungan hidup, namun juga bagi produksi buah,” tukasnya. (Hipni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *